Jumat, 21 Agustus 2009

Hukuman gara - gara memakan buah apel

Alkisah seorang pemuda yang selalu berzikir suatu hari melihat sebutir buah apel yang terbawa hanyut air sungai. Karena rasa laparnya dia mengambilnya kemudian memakannya, setelah buah tersebut habis di makan dia teringat bahwa apel tersebut bukan miliknya, karena rasa bersalahnya dia mencari tahu pemilik buah apel tersebut dengan berjalan menyusuri sungai sampai akhirnya dia melihat sebuah pohon apel yang buahnya sangat lebat serta dahannya menjuntai ke sungai. Sang pemuda berpikir pastilah buah apel yang telah dimakanya berasal dari pohon ini. Dia menemui pemilik rumah yang berada di dekat pohon tersebut, ternyata orang tersebut adalah pemilik pohon apel yang dahannya menjuntai ke sungai tadi. Pemuda ini meminta maaf karena tanpa sengaja telah memakan buah apel yang dilihatnya di sungai. Laki – laki pemilik pohon apel menerima permohonan maaf pemuda tersebut tetapi dengan syarat dia harus tinggal di rumahnya selama 12 tahun. Karena keinginan menghapus kesalahannya pemuda ini menyanggupinya. Setelah 12 tahun berlalu sang pemuda menemui laki – laki pemilik rumah dan memohon izin untuk diperbolehkan pergi. Laki – laki pemilik rumah tersebut mengabulkan permohonan sang pemuda tetapi dengan syarat dia harus mau menikah dengan anak gadisnya yang buta, tuli dan cacat. Sang pemuda terkejut dan lunglai “ seberat inikah hukuman baginya hanya gara – gara memakan sebutir buah apel “ dengan rasa sedih syarat itupun dia terima. Namun setelah pernikahan berlangsung. . . . .alangkah kagetnya sang pemuda karena dia tidak mendapati istrinya seperti yang dikatakan bapak mertuanya, istrinya seorang wanita yang cantik dan sempurna tidak ada cacat satupun. Kemudian sang pemuda pergi menemui bapak mertuanya dan bertanya : “ mengapa engkau mengatakan anak gadismu seorang yang buta, tuli dan cacat padahal dia seorang wanita yang sempurna ?” Bapak mertuanya menjawab : “ anak gadisku seorang yang buta karena dia tidak pernah melihat laki – laki selain ayahnya, dia tuli karena dia tidak pernah mendengar kata – kata bohong dan dia seorang yang cacat karena dia tidak pernah melakukan maksiat”. Sang pemuda akhirnya paham dan sangat bersyukur karena gara – gara memakan buah apel dia mendapatkan seorang pendamping hidup yang cantik dan shaleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar