Jumat, 29 April 2011

Mengawal keagungan dunia pendidikan (1)

Pendidikan merupakan garda depan perubahan menuju lebih baik. Tidak pernah kita dengar suatu negara maju ( SDM berkualitas dengan pemanfaatan SDA secara bertanggungjawab ) dan disegani tanpa telah terjadi proses pembelajaran efektif yang menyertainya.
Berbicara pendidikan orang akan langsung terhubung dengan sosok guru sebagai pendidik tetapi pendidik dalam pengertian luas sebenarnya bukan hanya guru namun di dalamnya termasuk pemerintah, orang tua, publik figur juga selebritis. Sehingga pendidik adalah setiap orang yang digugu dan ditiru ucapan maupun tindakannya dengan demikian seluruh pendidik harus bersinergis memberi andil pribadi positif ( setiap ucapan dan tindakannya ) demi generasi yang lebih baik.
Sayangnya untuk beberapa kalangan pendidik masih saja dengan entengnya mempertontonkan perilaku negatif seperti pornografi (Indonesia termasuk peringkat 3 didunia setelah Rusia dan Swiss )* dengan tanpa dosa ( kepada Tuhan dan masyarakat ) melakukan hubungan privacy diluar nikah sehingga banyak ditiru oleh para remaja ABG yang masih labil, sebagai contoh misalnya baru baru ini kita dikejutkan dengan perilaku pelajar yang melakukan aktivitas mesum setelah selesai melaksanakan Ujian Nasional. karena perbuatannya terebut mereka akan diberi sangsi oleh dinas terkait namun apakah peristiwa itu mutlak hanya kealpaan mereka berdua tidakkah porsi terbesar sebenarnya ada dipundak para pendidik ?


(*) Sumber Koran Republika April 2011



Begitu pula tindakan korupsi yang terjadi disetiap lembaga - tampil dengan mengumbar senyum manis tanpa merasa bersalah ( bila dia mengingat tindakannya ini berkemungkinan berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah masyarakat miskin yang tidak dapat berobat dan harus meregang nyawa, para anak - anak yang ingin sekolah terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena tiadanya biaya atau banyaknya orang meninggal karena kecelakaan tergelincir di jalan berlubang dan banyak lagi rentetan panjang efek yang mestinya disadari oleh para pelaku korupsi ). Perilaku negatif seperti ini akhirnya digugu dan ditiru oleh para siswa dengan berlaku curang pada saat Ujian. Pendidik mestinya harus sangat berhati - hati bertindak karena pengaruhnya luas dan akan ditularkan dengan simultan dari generasi ke generasi sehingga pada akhirnya pendidik tidak lagi menjadi media merintis jalan ke surga, nauzubillah.......


Sebenarnya kita diwarisi banyak tokoh pendidikan, dua diantaranya Ki Hajar Dewantara dan Muhammad Natsir yang memberi sumbangsih besar bagi perubahan di negeri kita. Berkaitan dengan hari pendidikan nasional 2 mei ( hari kelahiran Ki Hajar Dewantara ) tidak ada salahnya kita menengok sejarah untuk memotivasi diri agar kita dapat meminimalisir perilaku keliru ( karena tidak ada jaminan bahwa pendidik khususnya guru tidak pernah salah ).



Sosok Ki Hajar Dewantara selalu dilekatkan pada pribadi guru efektif karena beliau telah menyumbangkan kerangka berpikir yang baik sebagai salah satu tuntunan bagi guru yang kita kenal dengan semboyannya Ing Ngarso Sungtulodo, Ing Madya Mangunkarso dan Tut wuri Handayani ( didepan memberi teladan, ditengah memberi semangat dan dibelakang memberi dorongan ). Bila kita simak semboyan tersebut nampak pondasi utamanya kerangka berpikir seorang pendidik adalah Teladan. Kita semua sudah mahfum tentang hal ini tetapi saat ini teladan hanya sekedar konsep tanpa diiringi implementasi dalam keseharian ( hal apa sebenarnya yang meracuni mental seperti ini ? ). Begitu banyak pendidik piawai mengungkap konsep - konsep ideal namun tidak nampak deskripsi nyata dalam pribadinya. Pendidik sering menuntut siswa harus rajin, tidak boleh telat ke sekolah, tidak boleh bolos, tidak boleh nyontek / harus jujur, harus santun namun pendidik membuka kran kemalasan, datang telat, sering mangkir, melakukan kebohongan dan menunjukkan kegarangan dengan melontarkan kata - kata kasar yang tidak layak didengar, jadi bagaimana, apakah seluruh harapan yang kita inginkan akan tercapai ? Nihil.....bukan.   


Hal lain lagi yang menjadi penyumbat kemajuan pendidikan adalah prioritas saat ini yang hanya menakar keberhasilan pendidikan pada ranah kognitif / pengetahuan tanpa mengedepankan pendidikan moral dan mental, inilah pula sumber terjadinya krisis kemerosotan moral bangsa kita. Barangkali sedianya kita anggap pengetahuan memegang peran yang utama namun ternyata banyak contoh orang - orang yang memiliki tingkat keilmuan tinggi tetapi sikap moralnya buruk mengakibatkan hancurnya norma ataupun hukum sehingga banyak orang menyangsikan ketentraman kehidupan sosial antar sesama dan pada akhirnya orang seperti ini selain menjadi ancaman juga akan menjadi penghuni penjara.



Tokoh ( seorang yang memiliki daya pesona yang membangkitkan ) lain yang juga turut memberi sumbangsih teladan pada pendidikan di negeri ini adalah Muhammad Natsir yang bergelar Datuk Sinaro nan Panjang. Sosoknya yang sederhana, bersahaja, jujur dan santun terpancar dari penampilannya. George McTurnan Kahin pernah terkesima dalam perjumpaan pertamanya dengan M Natsir yang saat itu menjabat sebagai mentri penerangan karena melihat beliau mengenakan kemeja bertambalan.** ( belum pernah dia temui pada pegawai pemerintahan manapun ).  Beliau merupakan seorang tokoh muslim yang peduli terhadap pendidikan yang diwujudkanya dengan mendirikan universitas islam . Sebuah ideologi pendidikan islam yang dituliskannya sebagai berikut :"Maju mundur suatu kaum bergantung  sebagian besar kepada pelajaran dan pendidikan yang berlaku dalam kalangan mereka itu. Tak ada satu bangsa terbelakang menjadi maju melainkan sesudahnya mengadakan dan memperbaiki didikan anak - anak dan pemuda mereka.....seorang pendidik islam tidak usah memperbesar - besarkan antagonisme (pertentangan) antara barat dan timur. Islam hanya mengenal antagonisme antara yang hak dan bathil. Semua yang hak akan ia terima, biarpun datangnya dari barat, semua yang bathil akan ia singkirkan, walaupun datangnya dari timur"**


**Sumber dari buku : 100 tahun Mohammad Natsir berdamai dengan sejarah


Dari teladan dua tokoh pendidikan ini saja sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk memobilisasi kita ( pendidik ) putar balik haluan kembali kepada tonggak semangat warisan  kedua tokoh tersebut diantaranya :
  1. Amanah ( jujur ) - berkorelasi dengan keberhasilan ( yang sebenarnya ), jadi apabila kita bertindak sebaliknya korelasinyapun kehancuran
  2. Teladan ( harus mengakar pada jejak langkah sehari -hari )
  3. Semangat, tangguh tidak lekas putus asa
  4. Pengabdian yang tulus ikhlas ( sebab pendidik merupakan sarana merintis jalan ke surga ) - hindari itung - itungan dengan standar kefanaan ( bersifat material )
  5. Handal dan senantiasa meningkatkan terus pengetahuan sebab pendidik adalah musuhnya kebodohan
  6. Santun, sederhana dan bersahaja
  7. Senantiasa beristigfar
Maka akan kita gemilangkan kembali pendidikan dinegeri ini & kita sambut kembali kejayaan serta kemuliaan Indonesia.



SELAMAT  HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2 MEI 2011


Didukung dari berbagai sumber

2 komentar:

  1. sudah lengkap, tinggal penerapan dari kita semua, sm pendapat dari guru yang ngawas bareng ibu..bhw kesempatan memperoleh pendidikan tdak bisa dianalogikan dengn naik kendaraan,

    BalasHapus
  2. Terimakasih bu......jika kita semua mengkaji semboyannya Ki Hajar Dewantara maka yang beliau kukuhkan pertama - tama adalah TELADAN ya...bu
    Kita bahu membahu dan saling mengingatkan agar selalu lebih baik

    BalasHapus